Koin

 

 

 

 

 

 

 

Di dunia, saat ini sedang menguat aktivitas politik simbol melalui benda-benda tertentu. Misalnya, karikatur, sepatu, kerbau hingga koin. Untuk yang terakhir, yakni koin, sudah terbukti mampu menggerakkan publik Indonesia secara masif. Penggalangan aktivitasnya waktu itu lewat aksi simpatik via jejaring sosial bertajuk Koin untuk Prita.

Tidak jauh berbeda dengan hal di atas, Koin untuk Presiden merupakan aksi simpatik untuk ‘membantu’ keuangan beliau agar bisa lebih baik. Sehingga, mampu mengelola negeri ini dengan maksimal.

Sebenarnya, aku tidak menganggap pernyataan beliau merupakan curhat pribadi. Karena konteks disampaikannya pesan ini adalah untuk memberi semangat dan menguatkan komitmen para prajurit agar tetap memberikan kemampuan terbaik di tengah minimalisnya fasilitas negara melayani mereka.

Namun, karena ini bukan disampaikan pertama kali, namun sudah berukangkali (http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/01/22/sudah-tahu-kecil-kok-mau-jadi-presiden) dan diikuti realisasi kenaikan yang dimaksud pada APBN tahun ini,  (http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/01/27/brk,20110127-309212,id.html), jadilah Aku menyakini bahwa ini memang curhat dan kekerdilan jiwa sang Presiden. Maaf, untuk ini, perlu kutegaskan bahwa, NEGERI INI MEMANG MEMILIKI PRESIDEN TAPI TIDAK MEMILIKI PEMIMPIN.

Akhirnya sebelum kutuliskan notes ini, hampir 30 menit kuhabiskan waktu menghitung koin koleksi yang sengaja dikumpulkan untuk keperluan pribadi. Mulai dari yang berwarna putih hingga kuning dalam bermacam jumlah. Jari-jari tangan mulai menghitung dan terasa sedikit pegal, walaupun tak banyak jumlahnya, hanya Rp. 71.950,-

Namun, bila nanti jumlahnya digabungkan dengan yang lain, kuyakin bisa menebus angka yang diinginkan oleh sang presiden. Yang menarik, saat sedang mengitung, rekan kontrakanku menghampiri, buat apa Gung? Koq iseng banget, ngga biasanya. Hehe..aku hanya tertawa saja. Namun, dia langsung menimpali..jangan-jangan buat Presiden yaa? Koq tau..jawabku sepenuh hati.

Rekanku itu mengungkapkan ketidaktegaannya terhadap aksi penggalangan dana yang dilakukan oleh beberapa anggota dewan dan masyarakat, yang salah satunya diwakili oleh Facebookers. Senada dengan ini, Pak Jusuf Kalla juga menyatakan bahwa kegiatan ini kurang etis dan menghina simbol-simbol negara secara tidak langsung (http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/01/27/jk-penggalangan-koin-untuk-presiden-penghinaan)

Bagiku, ini tergantung dari mana meilihatnya. Karena bisa jadi kesimpulan yang diambil kurang mempertimbangkan konteks dan konten. Maksudnya, ketika bicara konteks, maka otomatis sikap presiden harus melihat bagaimana kondisi rakyat yang dipimpinnya serta problem yang sedang mereka hadapi. Apakah tepat, di tengah meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok dan minimnya prestasi pemerintah insentif dinaiikkan?

Kedua, bicara konten, The Economist, merilis, gaji presiden di Indonesia adalah gaji tertinggi ketiga dari 22 negara yang disurvei tahun 2010. SBY menduduki ranking ketiga yang kesenjangan gajinya dengan pendapatan per kapita masyarakat.

Gaji per tahun SBY mencapai 124.171 dolar AS. Dengan angka tersebut gaji SBY 28 kali lipat dari pendapatan per kapita masyarakat sebesar Rp24,3 juta per tahun atau rata-rata Rp2 juta per bulan.

Urutan nomor pertama kesenjangan gaji tertinggi kepala negara adalah presiden Kenya 427.886 dolar yang berarti 240 kali lipat dari pendapatan per kapita rakyatnya. Dan kedua PM Singapura yang besarnya 2.183.516 dolar atau 42 kali lipat pendapatan per kapita rakyat Singapura.

Bila dibandingkan gaji Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, gaji Presiden SBY lebih besar atau hampir dua kali lipatnya. PM Netanyahu sebagaimana dilansir Reuters, hanya mengantongi take home pay setara dengan Rp39 juta per bulan.

Dalam slip bulan Desember 2010 gaji kotor Netanyahu setara dengan Rp110 juta rupiah, lalu dipotong dengan pajak penghasilan, asuransi kesehatan, biaya langganan empat koran, pulsa telepon seluler, dan ongkos kendaraan lapis baja. Slip itu tidak menjelaskan biaya yang dicover oleh negara.

Dari informasi istana presiden, gaji SBY selama 7 tahun ini Rp62.497.800 per bulan atau Rp749.973.600 per tahun. Kalau dibandingkan dengan gaji Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, adalah US$ 400 ribu per tahun atau sekitar Rp 3,6 miliar per tahun atau 5 kali lipat gaji SBY.

Apakah dengan pertimbangan konteks dan konten ini, etis atau etika yang dipahami oleh JK atau siapapun itu masih tepat? Apa maksud etis dan etika yang mereka ungkapkan? Karena semuanya absurd bila Aku, mereka, dan semua tidak ditunjukkan sebuah teladan atau standar etis atau etika yang sebenarnya.

Aku, kami, dan semua ingin mengingatkan kepada siapapun yang ‘coba-coba bermain’ dan ‘melecehkan nalar dan emosi’ rakyat negeri ini …bukan sebatas itu, Aku, kami, dan semua JUGA MAMPU ‘MEMBERIKAN SOLUSI’!

Leave a comment